Thursday, April 24, 2014

Islam di rusia ?

SEJARAH

0

Sejarah Islam di Rusia

BY EDITOR · APRIL 25, 20140Di Rusia dan di tanah Siberia, sebuah wilayah yang mempertemukan dua senja, tidak mengenal siang juga tidak dilewati malam, Allah mengetuk hati-hati penduduknya untuk menerima risalah Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam. Daratan Siberia Rusia ini, adalah sebuah daratan dingin yang suhu tertingginya di musim panas saja hanya minus 50C.Walaupun cahaya matahari tidak menembus wilayah ini, namun cahaya Islam mampu menembus negeri beruang merah tersebut. Risalah ini melewati stepa, hutan, dan pegunungan Rusia sejak 1400 tahun yang lalu. Abdul Karim as-Samak menceritakan, pada tahun 2010 kunjungannya ke Moscow, ia melihat Masjid Besar Moscow penuh sesak dengan jamaah yang shalat Jumat di sana. Masjid yang memiliki enam lantai  tersebut tidak mampu menampung jamaah yang shalat, akhirnya banyak sekali jamaah yang harus shalat di luar masjid berhadapan dengan tamparan cuaca dingin.Kabar ini jarang sekali kita dengar, kita lebih tahu Rusia adalah bekas negara Uni Soviet yang mayoritas masyarakatnya menganut paham komunis. Banyaknya jumlah masyarakat Islam di Rusia tentu saja menggembirakan kita, terlebih dengan terbangunnya hubungan diplomatik Rusia dan Kerajaan Arab Saudi tentu saja berdampak positif terhadap umat Islam di sana.Dalam keadaan yang masih minoritas umat Islam tetap berani menunjukkan eksistensi mereka di Rusia, pada tahun 1996, Mufti Rusia, Syaikh Rawi Ainuddin, meminta kepada Presiden Boris Yeltsin agar mengizinkan umat Islam mengadakan perayaan peringatan lebih dari 1000 tahun masuknya agama tauhid ini ke negeri tersebut. Namun permintaan tersebut ditolak oleh Yeltsin, barulah pada masa Vladimir Puthin umat Islam diizinkan mengadakan perayaan tersebut dan eksistensi Islam pun kian kentara.Sejarah Masuknya Islam ke Rusia- Masa Umar bin KhattabMasuknya cahaya Islam di Rusia dimulai pada masa Umar bin Khattab dengan perantara sahabat yang mulia Hudzaifah bin al-Yaman. Hudzaifah yang ditugaskan berdakwah di Azerbaijan dan Armenia, terus berjuang menyebarkan Islam hingga mencapai wilayah Dailam, Tibristan, dan Afganistan.Penyebaran ini terus melebar hingga terjadi kontak dengan orang-orang Kaspia. Pada tahun 115 H, salah seorang sahabat Nabishallallahu ‘alaihi wa sallam yang bernama Rabi’ bin Maslamah radhiallahu ‘anhu berhasil membangun masjid di daerah tersebut. Tentu saja pembangunan masjid adalah strategi yang jitu untuk mempertahankan Islam di wilayah baru ini.- Masa Daulah UmayyahPada masa pemerintahan Amirul Mukminin Muawiyah bin Abi Sufyan radhiallahu ‘anhu, sahabat al-Hakam bin Amr al-Ghifariradhiallahu ‘anhu melintasi Sungai Jaihun dan masuk menguasai Uzbekistan pada tahun 50 H/67 M. Kemudian di masa berikutnya ada Said bin Utsman yang menginjakkan kakinya di Samarkan, lalu Musa bin Abdullah bin Khozim menaklukkan negeri Imam Tirmidzi, negeri Tirmidz pada tahun 70 H/689 M, kemudian Qutaibah bin Muslim menembus negeri-negeri Timur hingga sampai di Cina, Turkistan, Turkmenistan, Tajikistan, dan Kyrgistan. Dengan kedatangan umat Islam ini, orang-orang pun berbondong-bondong memeluk Islam tanpa paksaan dan tekanan sedikit pun.Dari tanah Arab, Islam pun diterima oleh semua pihak, diterima semua suku dan entik, dan diterima oleh mereka yang miskin maupun kaya.- Masa Daulah AbasiyahEra baru masuknya Islam di Rusia dipelopori oleh seseorang yang bernama Ahmad bin Fadhlan, salah seorang utusan Daulah Abasiyah. Faktor terbesar yang membuat Islam rata menyebar dari wilayah Cina hingga Laut Kaspia di masa ini adalah faktor penduduk lokal yang telah memeluk Islam. Anak-anak pribumi (wilayah Asia Teengah) mendakwahi saudara-saudara mereka yang masih menyembah patung dengan perantara perdagangan. Dari sinilah muncul kisah tentang Ahmad bin Fadhlan.Negara-negara di sekitar Laut KaspiaSaat Islam mulai tersebar di kalangan penduduk Asia Timur dan wilayah Balkan, orang-orang Balkan pun mengirim utusan kepada Khalifah Abasiyah, Muqtadir Billah. Mereka mengajukan permintaan pengiriman seorang dai karena keterbatasan sumber daya penduduk lokal yang mengetahui tentang syariat Islam. Abasiyah pun mengirim Ahmad bin Fadhlan.Ahmad bin Fadhlan terus giat mendakwahkan dan mengajarkan Islam di wilayah tersebut. Ia mendatangi para penguasa Balkan, dan mengenalkan Islam kepada mereka. Di antara buah dakwahnya yang paling signifikan adalah masuknya Islam ke wilayah Kazan. Ahmad bin Fadhlan juga tidak lupa mencatat perjalan dakwahnya ke negeri-negeri Rusia ini, dan tulisannya dijadikan rujukan utama para sejarawan untuk mempelajari masa-masa tersebut.Penduduk Rusia Beralih Memilih NasraniFarid Syah Asadullah mengisahkan sebuah kontroversi yang cukup unik mengapa sebagian masyarakat Rusia yang telah menerima Islam beralih memilih Nasrani. Tersebutlah nama pemimpin Rusia kala itu, Vladimir, ia menolak Islam lantaran Islam mengharamkan khamr, padahal khamr merupakan bagian dari kehidupan masyarakat Rusia. Kata mereka, Rusia sudah terbiasa dengan khamr, tidak ada kehidupan tanpa khamr. Agama Kristen atau Nasrani yang membolehkan khamr dipandang lebih realistis oleh Vladimir dan diikuti oleh rakyatnya.Kejadian serupa juga pernah dialami oleh orang-orang Arab yang sangat mencintai khamr. Kalau manusia biasa hidup dengan meminum air putih (air mineral), maka di Arab ada ungkapan “Kami tumbuh besar karena khamr (bukan air mineral pen.)” Adagium ini menunjukkan betapa tidak bisa dipisahkannya masyarakat Arab kala itu dengan khamr dan pada akhirnya mereka menerima bahwa khamr adalah sesuatu yang banyak mudharatnya dibanding manfaatnya.Rusia di Bawah Kekuasaan Tatar MongolMongol adalah salah satu bangsa yang memiliki rekam jejak yang kelam dalam sejarah Islam. Namun pada fase pasca Jenghis Khan, keadaan tersebut berubah terutama pada era Barkah bin Jochi bin Jenghis Khan. Ia adalah salah seorang Khan penguasa Mongol. Berbeda dengan leluhurnya Jenghis Khan yang sangat keras permusuhannya terhadap Islam, Barkah malah memeluk dan mendakwahkan Islam yang dimusuhi oleh sang kakek.Di antara jasa besar Barkah Khan adalah mengalahkan sepupunya, Hulagu Khan, yang telah menghancurkan Daulah Abasiyah dan membunuh khalifah terakhirnya. Termasuk jasanya juga adalah mengembalikan cahaya Islam di negeri Rusia. Kekuasaan Mongol yang begitu luas –sampai ada yang menyatakan menyentuh wilayah Jerman-, yang mencakup wilayah Rusia menjadi angin segar dalam perkembangan penyebaran agama Islam. Kewibawaan Islam kembali muncul, sampai-sampai wilayah Moskow dan Kiev yang Kristen tunduk dan membayar pajak kepada umat Islam.Namun pada tahun 885 H/1480 M, Moscow di bawah kekuasaan Ivan III melepaskan diri dari kekuasaan umat Islam bahkan membantai umat Islam. Moscow bergabung dengan Pasukan Salib untuk memerangi umat Islam.Komunis Membantai Umat Islam Umat Islam menghadapi permasalah serius tatkala Tsar Romanov berkuasa. Sebagian dari mereka terusir dan yang lainnya tewas di tangan kebengisan anak buah Tsar Romanov. Keadaan demikian terus berlanjut di masa Vladimir Lenin. Pada tahun 1917, pemimpin revolusi komunis, Vladimir Lenin, menghianati umat Islam. Lenin yang semula menjanjikan perubahan apabila ia berkuasa, menjadikan perubahan tersebut fatamorgana bagi muslim Rusia. Penyiksaan, penindasan, dan kezaliman terus dirasakan umat Islam di masa-masa pemerintahan komunis ini.Setidaknya ada empat periodesasi Islam di Rusia:Usaha umat Islam untuk merevolusi pemerintah mereka.Masa-masa represi dan pembantaian umat Islam antara tahun 1925 – 1945.Pernga Duni II membawa era baru bagi umat Islam Rusia, Stalin mengirimkan 17 orang muslim untuk menunaikan ibadah haji ke Mekah.Penyiksaan terhadap umat Islam terjadi lagi pada tahun 1950 sampai pemerintahan Gorbacev berakhir dan hancurnya Uni Soviet. Pada saat negara ini berganti nama menjadi Rusia barulah umat Islam mendapatkan hak keagamaan dan kewarganeraan.Umat Islam di Rusia Hari IniKomunitas umat Islam di Rusia, cukup besar. Jumlah mereka tidak kurang dari 20 juta jiwa. Umat Islam juga memiliki 7 buah masjid di Moscow, hal ini jauh lebih baik dibanding di Teheran, Iran, umat Islam tidak memiliki satu pun masjid di sana. Masjid terbesar di Moscow adalah masjidnya komunitas suku Tatar yang dibandung pada tahun 1801. Awalnya daya tamping masjid hanya sekitara 250 orang, lalu pada tahun 1904 seorang Tsar Tatar yaitu Tsar Shadiq Yazrin, memperbaiki masjid tersebut.Setelah Rusia menjalin hubungan diplomatik dengaan Arab Saudi, pembangunan masjid ini terus dikembangkan. Saat ini masjid tersebut sudah mampu menampung kurang lebih 20.000 jamaah dan memiliki 6 lantai.Masjid Jami’ MoscowSaat ini, agama Islam merupakan agama terbesar di Rusia setelah agama Kristen. Keadaan umat Islam kian membaik di masa Presiden Vladimir Putin. Hal itu dikarenakan umat Islam memiliki peranan penting dalam membawa perbaikan masyarakat di Rusia. Umat Islam diperbolehkan membangun sekolah-sekolah yang berbasis agama bahkan membangun sebuah universitas Islam yang semuanya menggunakan bahasa Arab.Demikianlah .

Wednesday, April 23, 2014

Sang perumus ushul fiqih

Ilmu ushul fiqh adalah sebuah kajian luar biasa yang mampu meringkas begitu banyak teks yang memiliki konsekuensi hukum yang sama menjadi sebuah formula yang sederhana. Ilmu ini digunakan para ulama dalam mengambil kesimpulan hukum. Menyederhanakan masalah yang pelik menjadi mudah butuh kecerdasan dan pemahaman yang mendalam. Oleh karena itulah, seseorang yang menciptakan ilmu ushul fiqh ini pasti memiliki kecerdasan yang luar biasa dan pemahaman yang mendalam tentang ilmu-ilmu syariat. Ilmu ini pertama kali dirumuskan oleh Muhammad bin Idris asy-Syafii atau lebih dikenal dengan Imam Syafii.Nasab dan Masa PertumbuhannyaBeliau adalah Muhammad bin Idris bin al-Abbas bin Utsman bin Syafi’ bin Saib bin Abdu Yazid bin Hasyim bin Abdul Muthalib bin Abdu Manaf. Nasab Imam Syafii dan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam bertemu pada kakek mereka Abdu Manaf. Jadi, Imam Syafii adalah seorang laki-laki Quraisy asli. Adapun ibunya adalah seorang dari Bani Azdi atau Asad.Imam Syafii dilahirkan pada tahun 150 H/767 M di Kota Gaza, Palestina. Tahun kelahiran beliau bertepatan dengan wafatnya salah seorang ulama besar Islam, yakni Imam Abu Hanifahrahimahullah. Ayahnya wafat saat Syafii masih kecil sehingga ibunya memutuskan untuk hijrah ke Mekah agar Syafii mendapatkan santunan dari keluarganya dan nasabnya pun terjaga.Di Mekah, Syafii kecil mulai mempelajari bahasa Arab, ilmu-ilmu syariat, dan sejarah. Ia terkenal sebagai seoarang anak yang cerdas,  di usia enam atau tujuh tahun 30 juz Alquran sudah sempurna bersemayam di dalam dadanya. Keterbatasan ekonomi tidak menjadi penghalang baginya dalam menuntut ilmu, Syafii mencatat palajarannya di atas tulang-tulang hewan atau kulit-kulit yang berserakan. Namun ia dimudahkan dengan karunia Allah berupa daya hafal yang sangat kuat sehingga beban ekonomi untuk membeli buku dan kertas bisa terganti. Setelah beliau merasa cukup menuntut ilmu di Mekah, Madinah menjadi destinasi berikutnya dalam menimba ilmu. Di sana adaseorang ulama yang dalam ilmunya, yakni Imam Malik rahimahullah.Proses Menuntut IlmuSaat menginjak usia 13 tahun, gubernur Mekah mendorongnya agar belajar ke Madinah di bawah bimbingan Imam Malik. Selama belajar kepada Imam Malik, sang imam negeri Madinah sangat terkesan dengan kemampuan yang dimiliki remaja dari Bani Hasyim ini. Kemampuan analisis dan kecerdasannya benar-benar membuat Imam Malik kagum sehingga Imam Malik menjadikannya sebagai asistennya dalam mengajar. Padahal kita ketahui, Imam Malik adalah seorang yang sangat selektif dan benar-benar tidak sembarangan dalam permasalahan ilmu agama, tapi kemampuan Syafii muda memang pantas mendapatkan tempat istimewa.Di Madinah, Imam Syafii larut dalam lautan ilmu para ulama. Selain belajar kepada Imam Malik, beliau juga belajar kepada Imam Muhammad asy-Syaibani, salah seorang murid senior Imam Abu Hanifah. Di antara guru-guru Imam Syfaii di Madinah adalah Ibrahim bin Saad al-Anshari, Abdul Aziz bin Muhammad ad-Darawaridi, Ibrahim bin Abi Yahya, Muhammad bin Said bin Abi Fudaik, dan Abdullah bin Nafi ash-Sha-igh.Adapun di Yaman, beliau belajar kepada Mutharrif bin Mazin, Hisyam bin Yusuf yang merupakan hakim di Kota Shan’a, Amr bin Abi Salama, salah seorang sahabat Imam al-Auza’i, dan Yahya bin Hasan. Sedangkan di Irak beliau belajar kepada Waki’ bin Jarrah, Abu Usamah Hamad bin Usamah al-Kufiyani, Ismail bin Aliyah, dan Abdullah bin Abdul Majid al-Bashriyani.Dengan kesungguhannya dalam mempelajari ilmu syariat ditambah kecerdasan yang luar biasa, Imam Syafii mulai dipandang sebagai salah seorang ulama besar. Terlebih ketika gurunya yang mulia, Imam Malik wafat pada tahun 795, Imam Syafii yang baru menginjak usia 20 tahun dianggap sebagai salah seorang yan paling berilmu di muka bumi kala itu.Di antara keistimewaan fikih Imam Syafii adalah beliau mampu menggabungkan dua kelompok yang memiliki sudut pandang yang berbeda dalam memahami fikih. Kelompok pertama dikenal dengan ahlul hadits, yaitu orang-orang yang mencukupkan diri dengan hadis tanpa butuh intepretasi atau analogi-analogi (qias) dalam menetapkan suatu hukum. Sedangkan kelompok lainnya dikenal dengan ahlu ra’yi atau mereka yang menggunakan hadis sebagai landasan penetapan hukum namun selain itu mereka juga memakai analogi-analogi dalam menetapkan hukum. Imam Syafii mampu mengkompromikan dua kelompok ini bisa menerima satu sama lainnya.Ibadah Imam SyafiiTidak diragukan lagi, seorang ulama yang terpandang selain memiliki keilmuan yang luas, mereka juga merupakan teladan dalam beribadah. Ar-Rabi’ mengatakan, “Imam Syafii membagi waktu malamnya menjadi tiga bagian: bagian pertama adalah untuk menulis, bagian kedua untuk shalat, dan bagian ketiganya untuk tidur.”Di malam hari beliau tidak pernah terlihat membaca Alquran melalui mush-haf, akan tetapi bacaan beliau di malam hari hanya dilantunkan dalam shalat-shalatnya. Al-Muzani mengatakan, “Saat malam hari, aku tidak pernah sekalipun melihat asy-Syafii membaca Alquran melalui mush-haf. Ia membacanya saat sedang shalat malam (melalui hafalan pen.).”Kefasihan Bahasa Imam SyafiiSelain menjadi bintang dalam ilmu fiqh, Imam Syafi’i juga dikenal dengan kefasihan dan pengetahuannya tentang bahasa Arab. Beliau belajar bahasa Arab kepada seorang Arab desa yang bahasa Arabnya fasih dan murni. Hal itu serupa dengan keluarga Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang menitipkan beliau kepada ibu susunya yang berasal dari desa, tujuannya agar bahasa Arab Nabi berkembang menjadi bahasa Arab yang fasih ketika tumbuh dewasa. Ibnu Hisyam bercerita tentang kefasihan Imam Syafii, “Saya tidak pernah mendengar dia (Imam Syafi’i) menggunakan apa pun selain sebuah kata yang sangat tepat maknanya, seseorang tidak akan menemukan sebuah pilihan diksi bahasa Arab yang lebih baik dan lebih pas dalam mengungkapkan suatu kalimat.”Perjalanan HidupnyaTidak lama setelah wafatnya Imam Malik, Imam Syafii ditugaskan pemerintah Abasiyah ke Yaman untuk menjadi hakim di wilayah tersebut. Namun beliau tidak lama memangku jabatan tersebut karena jabatan hakim secara tidak langsung menghubungkannya dengan dunia politik yang sering mengkompromikan antara kebohongan dengan kejujuran, dan beliau tidak merasa nyaman dengan hal yang demikian.Setelah itu, beliau berpindah menuju Baghdad dan menyebarkan ilmu di ibu kota kekhalifahan tersebut. Kehidupan beliau di Baghdad dipenuhi dengan dakwah dan mengajar, bahkan beliau sempat berkunjung ke Suriah dan negeri-negeri di semenanjung Arab lainnya  untuk menyebarkan pemahaman tentang Islam. Sekembalinya ke Baghdad, kekhalifahan telah dipegang oleh al-Makmun.Al-Makmun memiliki pemahaman yang menyimpang tentang Alquran. Ia menganut paham Mu’tazilah yang mengedepankan logika dibandingkan wahyu Alquran dan sunnah. Al-Makmun meyakini bahwasanya Alquran adalah makhluk, sama halnya seperti manusia. Pemahaman ini berkonsekuensi menyepadankan antara logika manusia dengan Alquran, artinya Alquran pun tidak mutlak benar sebagaimana akal manusia. Tentu saja keyakinan ini bertentangan dengan keyakinan Imam Syafii dan ulama-ulama Islam sebelum beliau yang menyatakan bahwa Alquran adalah firman Allah, yang kebenarannya absolut.Al-Makmun memaksa semua orang agar memiliki pemahaman yang sama dengannya. Banyak para ulama ditangkap dan disiksa karena peristiwa yang dikenal dengan khalqu Alquran ini. Akhirnya, pada tahun 814, Imam Syafii hijrah menuju Mesir, negeri dimana beliau berhasil merumuskan ilmu ushul fiqh.WafatnyaSebagaimana lazimnya manusia lainnya, sebelum wafat Imam Syafii juga merasakat masa-masa sakit. Dalam keadaan tersebut, salah seorang muridnya yang bernama al-Muzani mengunjunginya dan bertanya, “Bagaiaman keadaan pagimu?” Imam Syafii, “Pagi hariku adalah saat-saat pergi meninggalkan dunia, perpisahan dengan sanak saudara, jauh dari gelas tempat melepas dahaga, kemudian aku akan menghadap Allah. Aku tidak tahu kemana ruhku akan pergi, apakah ke surga dan aku pun selamat ataukah ke neraka dan aku pun berduka.” Kemudian beliau menangis.Imam Syafii dimakamkan di Kairo pada hari Jumat di awal bulan Sya’ban 204 H/820 M. Beliau wafat dalam usia 54 tahun. Semoga Allah merahmati, menerima semua amalan, dan mengampuni kesalahan-kesalahan beliau.Sumber:- Islamstory.com- Lostislamichistory.com